Cerbung....(01) : Untitled
"Ya...Allah...Kapan ini semua berakhir?" Reiga mendesah dalam hati, sambil berjalan lesu menuju meja duduknya setelah keluar dari ruangan profesor pembimbing studi PhD-nya. Bagaimana tidak lesu, saat ini Reiga telah memasuki semester 6 dalam studi PhD-nya, namun belum ada kemajuan yang berarti dalam studinya, setelah ia menuntaskan ujian kualifikasinya pada semester 4. Mestinya, setelah menuntaskan ujian kualifikasi tahap selanjutnya yang harus dilalui adalah seminar proposal; dan publikasi, yang keduanya membutuhkan kerja keras dan waktu yang tidak sedikit. Namun, karena kesibukan dari profesornya semua itu menjadi tertunda sampai waktu yang tidak pasti. Padahal masa studi untuk PhD hanya 8 semester, itu berarti tinggal menyisakan dua semester lagi.
"Bagaimana, sudah ada kemajuan?" Andra, rekan satu labnya bertanya.
Reiga dan Andra adalah dua pelajar asal Indonesia yang saat ini sedang melanjutkan studinya di luar negeri, tepatnya di Taiwan. Keduanya saat ini sedang menempuh jenjang pendidikan PhD di salah satu universitas ternama di Taiwan, karena berhasil meraih beasiswa di universitas tersebut. Sebenarnya keduanya berasal dari daerah yang berbeda. Reiga berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan, Andra berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Latar belakang profesi keduanyapun berbeda. Reiga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi ternama di Jawa Tengah. Sedangkan, Andra merupakan seorang pengusaha. Namun keduanya saat ini sedang dipertemukan di tempat yang sama dan pada bidang yang sama pula yaitu bidang Teknik Geomatik, untuk berjuang menuntut ilmu bersama.
"Seperti biasa, 'bapak kita' selalu bicara panjang lebar, namun ujung-ujungnya, aku suruh baca lagi, lagi dan lagi. Kalau, gini terus kapan selesainya? Sekarang aku sudah semester 6, kurang dua semester lagi, tamatlah aku." Reiga menjawab pertanyaan Andra dengan mengeluh sambil memijat mijat kepala. 'Bapak kita' merupakan sebutan untuk profesor Reiga dan Andra. Yah...supaya terkesan santai saja. tidak terlalu formil dengan sebutan 'profesor'. Namun sebutan ini hanya digunakan untuk pembicaraan mereka berdua, di luar itu mereka tetap menghormati sang pembimbing dengan sebutan formal.
"Hmmm...mungkin maksudnya, secara tidak langsung 'bapak kita' menyuruh kamu untuk rileks sedikit. Santailah sejenak, siapa tahu di sela sela waktu santaimu, kamu menemukan pujaan hati. Ingat umur kamu sudah 35 lho, masak belum ada yang nyantol sih? Hehe..." Andra mencoba menenangkan sahabatnya dengan sedikit bergurau. Reiga memang merupakan orang yang sangat giat belajar dan bekerja. Sehingga, saking asyiknya dalam belajar dan bekerja, dia hampir tidak punya kesempatan dalam bergaul apalagi pacaran. Sedangkan, Andra cenderung lebih santai dalam hidupnya. Sehingga, diusianya yang 3 tahun lebih muda dari Reiga saat ini, Andra sudah berkeluarga dan memiliki satu anak laki laki usia 3 tahun.
"Ah...kamu, Ndra. lagi lagi nyindir masalah itu terus, yang lain kek. Udah ah... aku mau ke Musholla dulu sudah masuk waktu Ashar nih. Bareng yuk!" Reiga mengeles gurauan sahabatnya dengan mengajak sholat berjamaah.
"Yee...dibilangin, malah ngeles. Ya udah kamu duluan aja.Tanggung nih satu slide lagi. Besok giliran aku yang presentasi ke bapak kita" Andra pura pura kembali sibuk dihadapan komputernya.
"Yah...Ndra, masalah bercanda aja nomer satu, giliran diajak sholat jamaah tepat waktu, nanti nanti. Ya udah deh...Nanti aku langsung balik apartemen ya. mau masak. Assalamualaikum Wr. Wb..." Reiga mengakhir pembicaraan sambil mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam Wr. Wb...Iya deh, nanti aku nyusul." Andra menjawab salam Reiga dan kembali sibuk pada pekerjaannya.
"Bagaimana, sudah ada kemajuan?" Andra, rekan satu labnya bertanya.
***
Reiga dan Andra adalah dua pelajar asal Indonesia yang saat ini sedang melanjutkan studinya di luar negeri, tepatnya di Taiwan. Keduanya saat ini sedang menempuh jenjang pendidikan PhD di salah satu universitas ternama di Taiwan, karena berhasil meraih beasiswa di universitas tersebut. Sebenarnya keduanya berasal dari daerah yang berbeda. Reiga berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan, Andra berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Latar belakang profesi keduanyapun berbeda. Reiga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi ternama di Jawa Tengah. Sedangkan, Andra merupakan seorang pengusaha. Namun keduanya saat ini sedang dipertemukan di tempat yang sama dan pada bidang yang sama pula yaitu bidang Teknik Geomatik, untuk berjuang menuntut ilmu bersama.
"Seperti biasa, 'bapak kita' selalu bicara panjang lebar, namun ujung-ujungnya, aku suruh baca lagi, lagi dan lagi. Kalau, gini terus kapan selesainya? Sekarang aku sudah semester 6, kurang dua semester lagi, tamatlah aku." Reiga menjawab pertanyaan Andra dengan mengeluh sambil memijat mijat kepala. 'Bapak kita' merupakan sebutan untuk profesor Reiga dan Andra. Yah...supaya terkesan santai saja. tidak terlalu formil dengan sebutan 'profesor'. Namun sebutan ini hanya digunakan untuk pembicaraan mereka berdua, di luar itu mereka tetap menghormati sang pembimbing dengan sebutan formal.
"Hmmm...mungkin maksudnya, secara tidak langsung 'bapak kita' menyuruh kamu untuk rileks sedikit. Santailah sejenak, siapa tahu di sela sela waktu santaimu, kamu menemukan pujaan hati. Ingat umur kamu sudah 35 lho, masak belum ada yang nyantol sih? Hehe..." Andra mencoba menenangkan sahabatnya dengan sedikit bergurau. Reiga memang merupakan orang yang sangat giat belajar dan bekerja. Sehingga, saking asyiknya dalam belajar dan bekerja, dia hampir tidak punya kesempatan dalam bergaul apalagi pacaran. Sedangkan, Andra cenderung lebih santai dalam hidupnya. Sehingga, diusianya yang 3 tahun lebih muda dari Reiga saat ini, Andra sudah berkeluarga dan memiliki satu anak laki laki usia 3 tahun.
"Ah...kamu, Ndra. lagi lagi nyindir masalah itu terus, yang lain kek. Udah ah... aku mau ke Musholla dulu sudah masuk waktu Ashar nih. Bareng yuk!" Reiga mengeles gurauan sahabatnya dengan mengajak sholat berjamaah.
"Yee...dibilangin, malah ngeles. Ya udah kamu duluan aja.Tanggung nih satu slide lagi. Besok giliran aku yang presentasi ke bapak kita" Andra pura pura kembali sibuk dihadapan komputernya.
"Yah...Ndra, masalah bercanda aja nomer satu, giliran diajak sholat jamaah tepat waktu, nanti nanti. Ya udah deh...Nanti aku langsung balik apartemen ya. mau masak. Assalamualaikum Wr. Wb..." Reiga mengakhir pembicaraan sambil mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam Wr. Wb...Iya deh, nanti aku nyusul." Andra menjawab salam Reiga dan kembali sibuk pada pekerjaannya.
***
Kampus mereka merupakan kampus yang sangat peduli terhadap para pelajar internasional yang datang dari berbagai negara di dunia. Berbagai kebudayaan yang dibawa oleh para pelajar dari berbagai negara mencoba difasilitasi oleh pihak kampus dalam memperkenalkan kebudayaan mereka di wilayah kampus. Termasuk para pelajar yang tergabung dalam komunitas muslim (Muslim Student Association) yang terdiri dari berbegai negara muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Bangladesh, India, dan lain lain. Mereka diberikan fasilitas ruangan dalam menjalankan aktivitas peribadatannya, meskipun penduduk di Taiwan mayoritas adalah non muslim.
Mushola yang disediakan pihak kampus letaknya berada di komplek asrama mahasiswa (dormitory). Jaraknya kurang lebih 500 m dari departemen tempat Reiga dan Andra menuntut ilmu. Para pelajar biasanya menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi di dalam kampus. Begitu juga dengan Reiga dan Andra. Sore itu, Reiga mengayuh sepedanya pelan pelan menuju mushola, sambil mengingat ingat hal hal apa saja yang sudah disampaikan oleh profesor tadi dan gurauan dari Andra sahabatnya dari Indonesia itu.
Sesampainya di Mushola masih terdengar suara Adzan tanpa speaker, dari teman Indonesia yang bersama Reiga tergabung dalam kepengurusan komunitas muslim kampus. Dia adalah Fathan, mahasiswa master bidang ekonomi.
"Assalamualaikum...Mas Fathan. gk ada kelas hari ini?" Reiga memberikan salam setelah Fathan menyelesaikan kumandang Adzannya.
"Waalaikumsalam Wr. Wb...Alhamdulillah sudah selesai, Mas Reiga." Fathan menjawab salam Reiga. Dan melanjutkannya dengan memberikan informasi, "Oya, Ba'dha Ashar, kalau Mas Reiga gak repot, kita rapat pengurus sebentar ya. Ada hal penting."
"InsyaAllah..." Reiga menjawab dengan tenang, tanpa ada kekhawatiran apa apa. Selain itu karena, masih terngiang hal hal yang disampaikan oleh profesor, siang tadi.
Akhirnya Sholat Ashar berjamaah pun segera dimulai.
Selesai Sholat Ashar berjamaah, rapat yang direncanakanpun segera dimulai. Rapat dihadiri oleh Reiga selaku ketua komunitas, Fathan selaku ketua divisi masjid, Fika selaku bendahara, dan Cantika selaku ketua divisi kemuslimahan. Sebenarnya pengurus komunitas semuanya berjumalah 12 orang dan sudah dikabari semuanya melalui grup Chatting Line, namun karena kesibukan yang berbeda satu sama lain, tidak semua bisa hadir dalam rapat pada sore hari itu. Kepengurusan juga didominasi oleh orang Indonesia, pertama karena pelajar asal Indonesia adalah mayoritas. Kedua, pelajar muslim dari selain Indonesia, cenderung pasif, kurang peduli terhadap komunitas, mereka mau berkumpul ketika hanya akan menjalankan ibadah secara berjamaah saja.
"Assalamualaikum Wr. Wb. Terima kasih atas kehadiran rekan rekan semua disela sela kesibukan kita masing masing. Sore ini kita ada rapat dadakan, karena ada hal penting yang ingin disampaikan oleh mas Fathan." Reiga membuka forum rapat dengan salam.
"Baiklah. Akan saya sampaikan informasi pentingnya. Assalamualaikum Wr. Wb." Fathan mulai menyampaikan informasi pentingnya dengan diawali salam.
Pagi hari itu, sebelum memulai kelasnya, Fathan menyempatkan diri mampir ke Kantor urusan pelajar internasinal kampus (International Student Affair Division). Hal itu karena sehari sebelumnya, Komunitas muslim mendapat email dari pihak kampus terkait pemakaian ruangan di dalam wilayah kampus. Dan karena Reiga selaku ketua komunitas sedang mempersiapkan diri meeting dengan profesor, maka Fathan yang menyempatkan diri menindaklanjuti emai tersebut.
"Excuse me, sir. Yesterday, we are from Muslim Student Association (MSA) has received an email related use of the room. Can you explain this to me related to this email? Please!" Fathan bertanya kepada salah seorang petugas sambil menunjukkan email melaui ponselnya.
"Ok. Wait. Let me check the regulation." Petugas tersebut merespon pertanyaan Fathan dengan sigap sambil mengecek komputernya, mencari informasi lebih lanjut mengenai peraturan yang dimaksud.
Setelah mengecek beberapa menit dari komputernya, petugas tersebut mengeprint sesuatu.
"This is the whole regulation, please read carefully, and if you have any question, you can ask me anytime" Petugas tersebut menyerahkan kepada Fathan hasil print outnya, dan menyerahkan juga secarik kertas yang berisi alamat email dan contact personnya.
"Ok. Thank you, sir." Fathan menerima print out tersebut dan mengucapkan terima kasih.
"You're welcome." Petugas tersebut tersenyum kepada Fathan.
Namun, Fathan tidak segera membacanya, karena harus segera kembali ke departemennya untuk untuk menghadiri kelas.
Sesampainya di Mushola masih terdengar suara Adzan tanpa speaker, dari teman Indonesia yang bersama Reiga tergabung dalam kepengurusan komunitas muslim kampus. Dia adalah Fathan, mahasiswa master bidang ekonomi.
"Assalamualaikum...Mas Fathan. gk ada kelas hari ini?" Reiga memberikan salam setelah Fathan menyelesaikan kumandang Adzannya.
"Waalaikumsalam Wr. Wb...Alhamdulillah sudah selesai, Mas Reiga." Fathan menjawab salam Reiga. Dan melanjutkannya dengan memberikan informasi, "Oya, Ba'dha Ashar, kalau Mas Reiga gak repot, kita rapat pengurus sebentar ya. Ada hal penting."
"InsyaAllah..." Reiga menjawab dengan tenang, tanpa ada kekhawatiran apa apa. Selain itu karena, masih terngiang hal hal yang disampaikan oleh profesor, siang tadi.
Akhirnya Sholat Ashar berjamaah pun segera dimulai.
***
Selesai Sholat Ashar berjamaah, rapat yang direncanakanpun segera dimulai. Rapat dihadiri oleh Reiga selaku ketua komunitas, Fathan selaku ketua divisi masjid, Fika selaku bendahara, dan Cantika selaku ketua divisi kemuslimahan. Sebenarnya pengurus komunitas semuanya berjumalah 12 orang dan sudah dikabari semuanya melalui grup Chatting Line, namun karena kesibukan yang berbeda satu sama lain, tidak semua bisa hadir dalam rapat pada sore hari itu. Kepengurusan juga didominasi oleh orang Indonesia, pertama karena pelajar asal Indonesia adalah mayoritas. Kedua, pelajar muslim dari selain Indonesia, cenderung pasif, kurang peduli terhadap komunitas, mereka mau berkumpul ketika hanya akan menjalankan ibadah secara berjamaah saja.
"Assalamualaikum Wr. Wb. Terima kasih atas kehadiran rekan rekan semua disela sela kesibukan kita masing masing. Sore ini kita ada rapat dadakan, karena ada hal penting yang ingin disampaikan oleh mas Fathan." Reiga membuka forum rapat dengan salam.
"Baiklah. Akan saya sampaikan informasi pentingnya. Assalamualaikum Wr. Wb." Fathan mulai menyampaikan informasi pentingnya dengan diawali salam.
***
Pagi hari itu, sebelum memulai kelasnya, Fathan menyempatkan diri mampir ke Kantor urusan pelajar internasinal kampus (International Student Affair Division). Hal itu karena sehari sebelumnya, Komunitas muslim mendapat email dari pihak kampus terkait pemakaian ruangan di dalam wilayah kampus. Dan karena Reiga selaku ketua komunitas sedang mempersiapkan diri meeting dengan profesor, maka Fathan yang menyempatkan diri menindaklanjuti emai tersebut.
"Excuse me, sir. Yesterday, we are from Muslim Student Association (MSA) has received an email related use of the room. Can you explain this to me related to this email? Please!" Fathan bertanya kepada salah seorang petugas sambil menunjukkan email melaui ponselnya.
"Ok. Wait. Let me check the regulation." Petugas tersebut merespon pertanyaan Fathan dengan sigap sambil mengecek komputernya, mencari informasi lebih lanjut mengenai peraturan yang dimaksud.
Setelah mengecek beberapa menit dari komputernya, petugas tersebut mengeprint sesuatu.
"This is the whole regulation, please read carefully, and if you have any question, you can ask me anytime" Petugas tersebut menyerahkan kepada Fathan hasil print outnya, dan menyerahkan juga secarik kertas yang berisi alamat email dan contact personnya.
"Ok. Thank you, sir." Fathan menerima print out tersebut dan mengucapkan terima kasih.
"You're welcome." Petugas tersebut tersenyum kepada Fathan.
Namun, Fathan tidak segera membacanya, karena harus segera kembali ke departemennya untuk untuk menghadiri kelas.
Komentar
Posting Komentar