Land use changes effect

Pertumbuhan manusia dari masa ke masa memang sudah tidak dapat dihindari lagi. Setiap tahun jumlah penduduk di dunia ini terus menerus bertambah. Di Indonesia sendiri di tahun 2013 penduduk mencapai 250 juta dengan pertumbuhan mencapai 1,49 persen per tahun menurut berita Republika. Dengan kondisi tersebut tentu berdampak pula pada penggunaan lahan (land use) bumi kita tercinta ini. Perubahan penggunaan lahan (land use changes) dari lahan terbuka hijau seperti : hutan, perkebunan, pertanian, tegalan, menjadi lahan permukiman dan industri sudah terjadi di mana - mana. Lebih menyedihkan lagi kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di area yang memang layak untuk pemukiman dan industri, melainkan di area yang seharusnya menjadi daerah konservasi, seperti hutan, Daerah Aliran Sungai (DAS).  Akibatnya sudah tak dapat dihindarkan lagi, banjir, tanah longsor, lahan kritis, dan lain - lain, seperti yang selalu diberitakan media akhir - akhir ini.

Dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Sistem Informasi Geografis (Geographic Information Systems) perubahan penggunaan lahan yang begitu cepat ini akan dapat teramati. Kemudian hasil dari perubahan penggunaan lahan tersebut, dapat diketahui berapa jumlah air hujan yang tidak terserap di DAS (watershed) dengan menggunakan rumus berikut. 

Apabila DAS terdiri dari beberapa macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS dengan persamaan (1) sebagai berikut :(sumber : Asdak, 2004)

                                                                                     ( 1)

Dimana :

Ai            : luas lahan dengan jenis penutup lahan tanah i

Ci            : koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i,

n              : jumlah jenis penutup lahan

Setelah mengetahui besarnya nilai koefisien air larian, besarnya debit puncak (Q) dapat dihitung dengan persamaan (1) berikut :

Q = 0,0028 C i A                                                                                   (2)

Dimana :

Q             = Air larian ( debit puncak ) (m³ )

C             = Koefisien air larian

i               = intensitas hujan (mm/jam)

A             = Luas DAS (ha)

 

Metode ini pernah diterapkan mengamati perubahan penggunaan lahan di DAS Tenggang, Semarang. besarnya perubahan penggunaan lahan di DAS tersebut dari tahun 2006 sampai 2011, menyebabkan meningkatkan debit air yang dapat menyebabkan banjir. 

Untuk lebih lengkapnya tentang penelitian ini, silakan baca penelitian ini ya.

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KERAWANAN BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TENGGANG KOTA SEMARANG

Semoga dengan penelitian ini kita bisa lebih peduli ya, sama lingkungan...