Mengenal Geosience (1) : Hidup berdampingan dengan bencana ???... Siapa Takut !!!
Mendengar kata bencana, mungkin merupakan sesuatu yang menakutkan atau momok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena yang selalu ada dalam pikiran, bahwa bencana adalah sesuatu yang dapat menimbulkan banyak korban, kerugian baik materiil maupun non materiil dan lain lain. Atau dengan rasa keyakinan kita yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, bencana dapat diartikan sebagai suatu, peringatan, teguran, ujian, cobaan, dan lain lain dari Tuhan YME, agar kita selalu ingat untuk beribadah kepadaNYA. Ok. No Problem, itu merupakan sesuatu kekuatan religi yang ada dalam diri kita untuk memacu agar berjuang demi hidup yang lebih baik.
Namun, sebelum kita selalu berasumsi negatif terhadap bencana, dan berprasangka buruk terhadap Tuhan YME, mari kita tengok lebih dalam apa sih sebenarnya bencana itu ??? dari mana mereka berasal ???
Bencana atau dalam bahasa asingnya disaster merupakan suatu kejadian yang dapat ditimbulkan oleh alam maupun manusia, yang dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia, seperti jatuhnya korban, kerugian dan lain lain. Kekuatan alam ataupun manusia yang dapat menimbulkan bencana ini disebut sebagai Hazard. Seluruh negara di dunia memiliki potensi hazardnya masing masing yang dapat menimbulkan bencana Jadi, jangan dikira Indonesia doang yang punya segudang bencana, coba deh sekali kali kamu browsing di Google, Youtube, atau media media lain tentang bencana bencana yang pernah terjadi di dunia.

Sudah di baca belum petanya ??? Loh katanya seluruh negara memiliki potensi hazardnya masing masing, tapi mengapa hanya negara negara tertentu saja yang termasuk ke dalam negara yang rawan akan bencana, termasuk Indonesia lagi ??? Eits... sabar dulu, hazard akan menimbulkan bencana yang besar, memakan korban dan kerugian, ketika dia bersentuhan dengan yang namanya Kerentanan atau dalam bahasa asingnya vulnerability. Nah kerentanan inilah yang harus kita jaga kawan agar tidak menimbulkan terjadinya resiko bencana (disaster risk). Di negara negara maju, mereka sudah mulai berfikir bagaimana caranya untuk mengurangi tingkat kerentanan itu sehingga dapat meminimalisir terjadinya resiko bencana, karena mereka sadar bahwa hazard dan bencana adalah sesuatu yang memang sudah ada di bumi ini dan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, sebaiknya kitapun mulai berfikir ke arah sana, bagaimana caranya mengurangi tingkat kerentanan untuk meminimalisir disaster risk. Sebelum kita belajar, bagaimana cara mengurangi tingkat kerentanan, kita perlu tahu terlebih dahulu apa aja sih, faktornya :
- Kerentanan sosial (Social vulnerability)
- Kerentanan ekonomi (Economic vulnerability)
- Kerentanan fisik (Physical vulnerability)
- Kerentanan ekologi (Ecological vulnerability)
Nah gimana sudah di cek belum petanya ??? kalau udah, coba kamu buka lagi peta sebelumnya tentang negara negara yang riskan terjadi bencana, kalau kedua peta itu kita tampalin, dalam bahasa geomatikanya overlay, kira kira matching gak sih negara negara mana aja, yang paling riskan terjadi bencana dan negara negara mana aja yang kepadatan penduduknya paling tinggi. Cocok 100% sih gak juga, tapi bedanya tipis kan. Berarti sekarang sudah tahu dong jawabannya kenapa negara kita lebih sering terjadi bencana tahunan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan lain lain di banding negara negara lain yang jumlah penduduknya lebih sedikit. Itu baru salah satu alasan teman, masih banyak alasan alasan lain yang gak bisa kita jelaskan satu persatu lewat tulisan ini.
Setelah kita mengetahui akar permasalahan dari seringnya negara kita terserang bencana yang disebabkan dari tingginya tingkat kerentanan negara kita salah satunya tentang kepadatan penduduk. Maka sudah selayaknya kita beralih pemikiran dari bagaimana cara kita agar terbebas dari bencana menjadi bagaimana cara kita mengurangi tingkat kerentanan agar dapat meminimalisir korban dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana.
Yups...salah satu solusi yang paling ampuh adalah pertama kita harus merubah pola pikir kita (change of mindset). Dengan merubah pola pikir kita, maka secara tidak langsung akan merubah tingkah laku kita sehari hari, misalnya dalam contoh permasalahan ini kita sadar bahwa semakin padatnya jumlah penduduk, maka tingkat kerentanan akan terjadinya bencana juga semakin besar, maka kita berupaya untuk mengurangi angka kelahiran yang ada di lingkungan kita, tapi bukan dengan aborsi loh ya...berdasarkan kesadaran dari kita sendiri, misalkan dengan menunda usia pernikahan yang terlalu dini, membatasi jarak kelahiran dan lain sebagainya. Wah..wah...setelah membahas bencana koq jadi bahas keluarga berencana nih.hehe...
Dengan munculnya kesadaran dari diri pribadi, masyarakat, sampai ke pemerintah tentang pentingnya merubah pola pikir terhadap kebencanaan, dengan berupaya mengurangi tingkat kerentanan, maka akan terbentuk suatu masyarakat atau negara yang tahan terhadap bencana atau istilah asingnya disaster resilience community. Ini bukan merupakan suatu wilayah atau negara yang terbebas dari bencana, namun suatu wilayah atau negara yang memiliki potensi hazard atau bencana tinggi, namun masyarakat yang hidup di wilayah tersebut, sudah mampu untuk menempatkan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat untuk turut mendukung pemerintah dalam mengurangi tingkat kerentanan terhadap bencana, sehingga ketika bencana menyerang kelompok masyarakat ini jumlah korban menjadi lebih minimal karena kesadaran masyarakat yang tinggi. Wah... wah kira kira negara kita masyarakatnya sudah seperti ini belum ya... Ok. sekarang mari kita cek seberapa besar sih kepedulian masyarakat Indonesia terhadap diri sendiri dan lingkungannya, mungkin grafik berikut ini bisa memberikan gambaran kamu.
Wow sekitar 60 - 80 % sungai di Indonesia statusnya tercemar berat, Lah terus apa hubungannya ??? ini sebenarnya hanya menggambarkan sedikit saja bahwa kepedulian kita terhadap kebersihan lingkungan sekitar masih sangat rendah, sehingga membiarkan sungai sungai kita tenggelam dalam status tercemar. Padahal hal ini juga bisa menyebabkan terjadinya bencana banjir (flood) dan tanah longsor (landslide). So guys. kamu para generasi muda, sudah cukup, hentikan pola pikir yang salah dari para generasi sebelum kita tentang bencana, tentang lingkungan dan lain sebagainya, untuk bergerak dengan pola pikir yang baru agar segera tumbuh menjadi masyarakat yang tahan bencana atau disaster resilience community. Sehingga ketika bencana datang, kita dapat segera berpikir : "...Siapa takut ???..."
Ok. guys, semoga pemikiran saya ini bisa bermanfaat dan membuka pikiran kita bersama. Pengen tahu lebih jauh tentang Social vulnerability pelajari disini nih kuliah onlinenya.
Komentar
Posting Komentar