Mengenal Geosience (2) : Disaster resilience community, salah satu alternatif 'Penghematan'
Melihat atau membaca kata 'Penghematan' di judul tulisan ini, tentu akan menarik sebagian besar orang untuk membacanya. Ya...segala sesuatu yang berhubungan dengan 'uang', apalagi ada solusi untuk gimana caranya untuk menghemat uang, pasti menjadi pemicaraan yang menarik terutama untuk kaum hawa, yang iasa mengurusi kebutuhan belanja rumah tangga. Wah berarti tulisan ini cuma buat kaum ibu ibu aja donk ??? eits tunggu dulu, kamu kawula muda nantinya juga akan berkeluarga kan ??? so, jangan beranjak pergi dulu n baca dulu tulisan ini dengan seksama, buat bekal kamu di masa depan, Ok...
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang penghematan, anggaran, uang dan lain sebagainya, mari kita ungkap terlebih dahulu apa sih Disaster resilience community itu ??? Pada tulisan saya sebelumnya sudah sedikit disinggung mengenai istilah ini. Yups... Ini merupakan suatu kelompok masyarakat, baik masyarakat kecil atau masyarakat suatu negara sekalipun yang mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya :
- Mitigation, merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya resiko bencana, sebelum bencana itu datang.
- Preparedness, merupakan upaya untuk mempersiapkan diri baik perlengkapan maupun kemampuan diri sendiri, keluarga dan masyarakat dalam menghadapi bencana, misal ; mengikuti pelatihan evakuasi bencana
- Response, merupakan upaya untuk tanggap saat terjadinya bencana, sehingga berupaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana, misal ; saat bencana datang berusaha untuk menyelamatkan diri dan keluarga semaksimal mungkin.
- Recovery, merupakan upaya untuk memperbaiki kembali segala aspek kehidupan setelah tertimpa bencana, misal ; tidak berputus asa atau sedih berkepanjangan setelah ditimpa bencana, namun bangkit dan berjuang untuk memperbaiki barang barang yang rusak atau yang lainnya.
Mau belajar lebih lanjut tentang disaster resilience pelajari aja disini, gratis koq.
Ok. I see, now what ??? Setelah belajar tentang disaster resilience pasti pada penasaran kan, lalu apa hubungannya dengan yang namanya penghematan ??? Sebelum saya membahas lebih lanjut tentang penghematan, sebaiknya pelajari dulu deh Peta berikut ini. Huh.. peta lagi peta lagi. Yups, karena menurut ilmu geomatika data yang akurat adalah data yang berbasis informasi geospasial.
Dari kedua peta tersebut, dapat kita ketahui negara negara mana saja yang indeks frekuensi bencana banjirnya tinggi dan indeks frekuensi kematian akibat banjir tinggi. Namun ternyata, tidak semua negara yang indeks frekuensi banjirnya tinggi, indeks frekuensi kematian akibat banjirnya juaga tinggi, atau beliknya. Coba kita perhatikan wilayah US di kedua peta tersebut, indeks frekuensi banjirnya cukup tinggi, hal ini ditandai dengan banyak yang berwarna merah. Namun indeks frekuensi kematian akibat banjirnya justru rendah, hal ini ditandai dengan warna biru. Begitu juga dengan wilayah Asia dan Afrika, indeks frekuensi banjirnya tidak terlalu tinggi, hal ini ditandai dengan meskipun didominasi warna merah, namun ada beberapa wilayah yang berwarna biru yang berarti indeksnya rendah, kemudian indeks kematian akibat banjirnya justru didominasi warna merah yang berarti indeks kematiannya justru lebih tinggi.
Dari ulasan tersebut, dapat saya simpulkan bahwa masing masing negara di dunia ini, memiliki ketahanan yang berbeda satu sama lain terhadap bencana. Ada negara yang sangat care sekali dengan bencana sehingga mengoptimalkan rakyatnya dalam membentuk disaster resilience community, sehingga dapat meminimalisir terjadinya korban. Sebaliknya ada juga negara yang kurang peduli terhadap bencana, mungkin masih disibukkan dengan urusan politik, ekonomi, soasial, dan lainnya, dan belum terpikirkan untuk mewujudkan disaster resilience community, sehingga meskipun potensi bencana yang ada di negaranya tidak terlalu besar namun dapat menimbulkan korban atau kerugian yang besar. Sekarang mari kita asumsikan bahwa semakin banyak korban identik juga semakin banyak kerugian, yang berarti kita lebih banyak mengeluarkan biaya untuk recovery, daripada yang jumlah korbannya lebih sedikit. Berikut ini merupakan rumus kasaran dalam memprediksi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bencana.
Keterangan :
Expected loss : Perkiraan kerugian
Probability of Incident : Kemungkinan bencana yang terjadi
Cost of Incident : Biaya untuk memperbaiki bencana
Misalkan biaya yang diperlukan untuk mengobati satu orang korban luka akibat bencana sebesar Rp 500.000,00 Nah berarti berapa biaya yang diperlukan untuk mengobati 10 orang korban luka. Wah...kalo sudah urusan ngitung duit pasti ibu ibu jauh lebih teliti. Nah kebayang kan, berapa banyak kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana, Itu baru pemulihan orang, belum lagi kalo misalnya perlu perbaikan gedung, jalan dan lain sebagainya, pasti lebih banyak tuh biaya yang dikeluarkan.
Oleh karena itu mulai sekarang, meskipun pemerintah masih kurang atensinya terhadap permasalahan ini, ada baiknya kita mulai dari diri kita sendiri untuk menjadi bagian dari disaster resilience community. Misalnya ; rajin memperhatikan lingkungan sekitar ; memperhatikan dengan seksama setiap ada peringatan dari instansi yang berwenang terkait bencana ; berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri, keluarga, dan barang pribadi jika terjadi keadaan darurat, tidak hanya tergantung dari tim penyelamat (rescue team) ; berusaha untuk bangkit, menyelamatkan diri, keluarga dan barang pribadinya ketika bencana telah usai, tidak tergantung pada bantuan untuk para pengungsi. Dengan demikian diharapkan biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi bencana, dapat dialihkan untuk hal lainnya, atau bisa juga untuk membangun infrastruktur untuk penanggulangan bencana. sehingga masyarakatnya menjadi masyarakat yang tahan terhadap bencana, wilayahnya menjadi Smart city. Emangnya cuma handphone doang yang bisa smart, kota juga bisa loh. Ok. sampai jumpa di ulasan selanjutnya ya. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar