Yuk lanjutin sekolah ke luar ...Asyik koq....(16) : Untitled
Ilustrasi gambar :
Di suatu senja saat acara buka bersama di Bulan Suci Ramadhan di salah satu kampus yang cukup ternama di suatu kota kecil Negeri Formosa, seorang guru yang sedang berfoto bersama kedua mantan muridnya. Terlihat suasana yang akrab, dekat, dan bersahabat diantara ketiganya. Kira kira apa alasannya? berikut ini mari kita coba ungkapkan alasan alasan dari foto yang terlihat akrab, dekat, dan bersahabat itu.
Karena banyak makanan? Sudah pasti, namanya acara buka bersama selalu dipenuhi berbagai macam makanan dan minuman. Mungkin, sedikit terwakili dari salah satu peserta foto yang hendak menyumpit makanan pada nasi boxnya, sehingga senyumnya kurang maksimal saat di depan kamera. Mungkin dalam batinnya berkata (" Kenapa nggak nanti aja sih fotonya, lagi tanggung nih...😏😏😏). Yup... bicara soal makanan tentu erat kaitannya dengan kesejahteraan. Jika kebutuhan dasar kita sebagai makhluk hidup ini terpenuhi dengan baik, maka suasana akrab, dekat, dan bersahabat tentu juga bisa terwujud.
Karena berada di tempat yang sama dan waktu yang sama? Boleh jadi. Coba bayangkan jika ketiga orang yang ada dalam foto tersebut difoto pada tempat yang dan waktu yang berbeda, kemudian disatukan. Mungkinkah akan terlihat akrab, dekat dan bersahabat, seperti foto di atas? Meskipun ketiganya dalam kondisi penuh senyum kegembiraan, namun kegembiraan itu merupakan ungkapan dari perasaan ketiganya yang berbeda beda, tidak ada koneksi diantara mereka. Yup...bicara soal ruang dan waktu (spasial dan temporal) mengajarkan kita untuk selalu bisa menempatkan diri dimanapun kita berada, tidak hanya berdasarkan tempat dan waktu, namun bisa juga karena status sosial, ikatan kekeluargaan dan lain lain. Jadi, sebagai tambahan atas informasi foto di atas, meskipun salah satu dari ketiga orang yang ada di foto itu adalah seorang guru, sedangkan yang dua lagi adalah mantan muridnya, namun saat itu ketiganya sama sama sabagai murid pascasarjana di kampus tempat mereka bertiga berfoto. Nah... sudah tahu kan maksudnya. Jadi, foto tersebut terlihat akrab, dekat dan bersahabat, karena ada ikatan batin diantara ketiganya pada ruang dan waktu yang sama, yaitu sebagai murid.
Karena situasinya? Mungkin. Pada saat itu situasi di ruangan itu penuh keceriaan dan kegembiraan, sehingga mungkin ketiga orang yang berfoto ikut terbawa suasana, untuk sejenak hilang semua permasalahan rutinitas di kampus, tugas kuliah, penelitian, laporan rutin ke advisor dan lain sebagainya. Atau dalam kondisi lain orang orang yang berada dalam ruangan itu tidak saling bermasalah satu sama lain, misalnya ; masalah di kalangan remaja. seperti persaingan dalam perebutan cewek atau gebetan. Coba bayangkan jika orang orang orang yang ada dalam foto itu merupakan orang orang yang penuh dengan masalah, baik masalah pribadinya seperti masalah akademik, ataupun masalah dengan orang orang yang ada di ruangan itu, akankah suasananya terlihat akrab, dekat dan bersahabat? Jika sulit membayangkan, coba bandingkan foto di atas dengan foto korban bencana alam, bagaimana situasinya? Yup...bicara soal situasi dan kondisi sangat erat kaitannya dengan rasa keadilan. Seseorang yang sedang mengalami banyak masalah dalam hidupnya, berarti sedang merasakan ketidakadilan dalam dirinya. Masa iya sih?
Lalu apa sih yang ingin penulis sampaikan dari perspektif foto tersebut. Pada saat menulis artikel ini, situasi di negara kita tercinta sedang disibukkan dengan situasi politik yang cukup rumit pasca pemilu serentak khususnya pemilu presiden. Seluruh energi rakyat terkuras untuk mengamati siapa yang akan memimpin negeri tercinta ini lima tahun mendatang. Berbagai upaya dilakukan agar tokoh yang diusung dapat berkuasa. Di sisi lain pihak yang sudah merasa menang dengan "bangganya" menawarkan isue "rekonsiliasi" ditengah berbagai permasalahan dan dugaan kecurangan selama pelaksanaan pemilu yang belum diselesaikan. Lalu pantaskah rekonsiliasi itu dilaksanakan diatas berbagai macam permasalahan dan kecurangan yang ada?
Maka, jawabannya kita kembalikan lagi pada situasi saat buka bersama seorang guru dengan dua mantan muridnya:
1. Sudah terpenuhikah kesejahteraan diantara kedua belah pihak yang akan berekonsiliasi. Mungkin bagi para elit, hal ini sudah terpenuhi. Namun bagaimana dengan rakyatnya, para pendukungnya. Jika memang rekonsiliasi diantara para elit itu akan terjadi, adilkah hal itu bagi rakyat dan para pendukungnya.
2. Samakah situasinya antara pihak yang mengajak berekonsiliasi dengan pihak yang akan diajak rekonsiliasi. Tentu beda, pihak yang mengajak berekonsiliasi masih enggan melepaskan statusnya sebagai pihak penguasa, sedangkan pihak yang akan diajak berekonsiliasi adalah rakyat biasa.
3. Sudah terpenuhikah rasa keadilan dari kedua belah pihah. Mungkin bagi pihak yang mengajak berekonsiliasi sudah merasa berlaku seadil adilnya. Namun bagaimana dengan permasalahan dan kecurangan selama pemilu yang selama ini dituntut oleh para pendukung dari pihak yang akan diajak berekonsiliasi terpenuhi.
Dengan ketiga kondisi tersebut, mungkin sulit rekonsiliasi itu terjadi di waktu dekat. Mungkin perlu situasi tertentu yang bisa merekonsiliasikan kedua belah pihak tersebut secara alami, tanpa ada kesengajaan, misal ; timnas sepak bola indonesia lolos ke putaran final piala dunia. Dan kedua belah pihak tersebut duduk bersama sebagai suporter tim kesayangan mereka. Seperti yang terjadi pada saat perhelatan Asian Games 2018 yang lalu.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi semua pihak yang ingin berekonsiliasi. Dan khususnya bisa menambah semangat kamu yang akan melanjutkan studi ke luar negeri, karena dari situlah awal kamu akan berekonsiliasi dengan semua pihak, sehingga kamu tidak akan punya kepentiangan apapun selain segera menyelesaikan studi kamu. oke...
Lalu apa sih yang ingin penulis sampaikan dari perspektif foto tersebut. Pada saat menulis artikel ini, situasi di negara kita tercinta sedang disibukkan dengan situasi politik yang cukup rumit pasca pemilu serentak khususnya pemilu presiden. Seluruh energi rakyat terkuras untuk mengamati siapa yang akan memimpin negeri tercinta ini lima tahun mendatang. Berbagai upaya dilakukan agar tokoh yang diusung dapat berkuasa. Di sisi lain pihak yang sudah merasa menang dengan "bangganya" menawarkan isue "rekonsiliasi" ditengah berbagai permasalahan dan dugaan kecurangan selama pelaksanaan pemilu yang belum diselesaikan. Lalu pantaskah rekonsiliasi itu dilaksanakan diatas berbagai macam permasalahan dan kecurangan yang ada?
Maka, jawabannya kita kembalikan lagi pada situasi saat buka bersama seorang guru dengan dua mantan muridnya:
1. Sudah terpenuhikah kesejahteraan diantara kedua belah pihak yang akan berekonsiliasi. Mungkin bagi para elit, hal ini sudah terpenuhi. Namun bagaimana dengan rakyatnya, para pendukungnya. Jika memang rekonsiliasi diantara para elit itu akan terjadi, adilkah hal itu bagi rakyat dan para pendukungnya.
2. Samakah situasinya antara pihak yang mengajak berekonsiliasi dengan pihak yang akan diajak rekonsiliasi. Tentu beda, pihak yang mengajak berekonsiliasi masih enggan melepaskan statusnya sebagai pihak penguasa, sedangkan pihak yang akan diajak berekonsiliasi adalah rakyat biasa.
3. Sudah terpenuhikah rasa keadilan dari kedua belah pihah. Mungkin bagi pihak yang mengajak berekonsiliasi sudah merasa berlaku seadil adilnya. Namun bagaimana dengan permasalahan dan kecurangan selama pemilu yang selama ini dituntut oleh para pendukung dari pihak yang akan diajak berekonsiliasi terpenuhi.
Dengan ketiga kondisi tersebut, mungkin sulit rekonsiliasi itu terjadi di waktu dekat. Mungkin perlu situasi tertentu yang bisa merekonsiliasikan kedua belah pihak tersebut secara alami, tanpa ada kesengajaan, misal ; timnas sepak bola indonesia lolos ke putaran final piala dunia. Dan kedua belah pihak tersebut duduk bersama sebagai suporter tim kesayangan mereka. Seperti yang terjadi pada saat perhelatan Asian Games 2018 yang lalu.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi semua pihak yang ingin berekonsiliasi. Dan khususnya bisa menambah semangat kamu yang akan melanjutkan studi ke luar negeri, karena dari situlah awal kamu akan berekonsiliasi dengan semua pihak, sehingga kamu tidak akan punya kepentiangan apapun selain segera menyelesaikan studi kamu. oke...
Komentar
Posting Komentar